Mengulas Sejarah Kaum Proletar Melalui Forum Diskusi Lentera




Semarang ,unwahas -  Bertempat di Kampus 1 Gedung C. Depan Lab. Ekonomi Universitas Wahid Hasyim Semarang, dalam rangka Memperingati Hari Buruh Internasional, Lentera adakan Forum Diskusi yang Membahas tentang Perjuangan Kaum Proletar dari Masa ke Masa.
Rabu, 1 Mei 2019 

"May Day adalah satu peristiwa besar sejarah, sebuah memori kolektif kaum buruh. May Day diperingati untuk mengenang sebuah tragedi yang pernah menimpa kaum
buruh," Ungkap Agsal Fazalani selaku moderator saat membuka sesi diskusi.

Menggagas tema tentang Perjuangan Kaum Proletar dari Masa ke Masa, Lentera Hadirkan dua sisi Pemateri yaitu Aktifis Mahasiswa Universitas Wahid Hasyim Semarang Muhammad Shofi Tamam dan Aktifis Buruh dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Kristian Elkana.

Diskusi awal dimulai dimana pemateri pertama memaparkan penjelasan tentang sejarah kaum Buruh Proletar hingga dominasi kaum Kapitalis dalam tonggak penguasaan perekonomian.
 
"Kalau Kita ngomongin buruh, setindaknya kita perlu ketahui kehidupan buruh itu seperti apa," Ungkap Kristian Elkana

Dalam hal ini Elkana juga menyoroti tentang pergerakan kaum buruh yang makin lama makin hilang tajinya, seakan kaum buruh sekarang hanya berada pada zona nyamannya sehingga pergerakan akan tuntutan mengenai hak-haknya seolah mereka hanya trimo ing pandum (menerima dengan lapang). Dimana menurutnya Hari Buruh sekarang dimaknai hanya sekedar hiburan, pergerakannya dinamis, bahkan kritis.

"Saya sangat prihatin karana semakin hari pergerakan buruh semakin mundur, tidak ada gaungnya lagi," imbuhnya

Selain itu dari sisi yang berbeda M. Shofi Tamam selaku pemateri yang menjelaskan tentang keterkaitan mahasiswa dan kaum buruh. Ia menceritakan tentang kisah hidupnya yang mana ia merupakan siswa jurusan otomotif yang setelah lulus berhenti setahun untuk bekerja pabrik dan baru bisa kuliah.

"Saya Kuliah Ekstensi sabtu-minggu, sebelum kuliah saya kerja dulu 1 tahun sebagai pekerja pabrik tekstil lalu setelahnya berhenti pindah di pabrik elektronik," tuturnya.

Ia juga mengungkapkan Pengalamannya tentang upaya aksi menggerakan buruh ia merasa kerja rolling 8jam, tidak dapat apa-apa lalu perasaan jika disitu sampai tua maka pemikiran tidak akan tambah karena kerjanya gitu-gitu saja. Ditambah lagi sistem kerja yang buruk, jam kerja tidak dihitung, serta adanya Outsourcing. Maka, timbul keinginan dia untuk meng Advokasi Mengajak teman kerjanya untuk melakukan Aksi perlawanan namun gagal karena sebab pemikiran yang tidak sejalan satu diantaranya. 

"Saya pernah mencoba untuk menggerakkan masa dimana saya coba cari data-data baik ke Administrasian pengumpuan slip gaji dan data-data lain namun gagal, karena kendala pemikiran pendek, yang penting kerja dapat duit. Karena mayoritas sudah tua dan tidak memiliki harapan lebih," tuturnya.

Ia mengibaratkan bahwa Buruh itu seperti banteng, banteng yang jumlahnya ratusan. Di dalam banteng terdapat ada satu singa. Akan tetapi, bila banteng tiada keberanian untuk melakukan perlawanan, banteng lari. Takut dimakan singa. Namun jika Kalau seandainya banteng bisa bersatu untuk melawan singa. Maka singa akan lari. Jadi buruh sama seperti itu. Buruh harus bisa bersatu. Melawan ketidakadilan.

"Selain diskusi selain teori, dalam pergerakan harus ada suatu praktek lapangnya. Agar benar-benar tahu realitasnya seperti apa," tandasnya.

(Amepres) 

Comments

POS TERATAS :