Kuliner Sore Taman Sampangan


Foto: Suasana kuliner sekitar Taman Sampangan (Semarang-Jawa Tengah)

    Setinggi apapun pangkat yang dimiliki, anda tetap seorang pegawai. Sekecil apapun usaha yang anda punya anda adalah bosnya. Ungkapan populer, " Bob Sadino".

Ketika melintas di sekitaran taman sampangan pasti tidak luput dari pemandangan sekitar yang terdapat beberapa para penjual kuliner baik makanan maupun minuman.

Hal itulah yang melatar belakangi Gunawan (19) untuk terjun mewawancarai beberapa penjual kuliner pinggir taman.

Salah satunya adalah wawancara dengan Suharti (36) selaku penjual oles. Makanan khas daerah tegal yang bahan dasarnya terbuat dari kol (sayuran) yang dibalut dengan tepung mocaf.

Dalam berjualan ia mengaku banyak sekali hambatan dan tantangan sehingga membuatnya jatuh bangun dalam merintis usahanya, karna hasil yang didapat yang terkadang tak sesuai dengan kebutuhan.
Kendati begitu ia tidak menyerah dalam merintis usahanya yang sudah dirintisnya selama 3 tahun tersebut.

Di tempat lain kami coba mewawancarai salah satu penjual minuman yaitu Fuad (25) penjual Es Dawet yang baru 3 bulan menjalankan usahanya.

Kendati masih baru dalam berwirausaha ia tetap memiliki optimisme yang tinggi untuk usahanya agar selalu dapat berkembang. Alhasil dalam satu hari berjualan ia mengaku mampu meraup omzet 300 ribu per harinya.

Disisi lain kami coba mewawancarai Ahmad (19) salah satu pengunjung yang menyempatkan mampir untuk membeli makanan di sekitar taman. Ia mengaku sudah sering mampir ke taman sampangan sembari bersantai maupun mampir untuk makan dan minum. Selaku pengunjung ia menyoroti dari segi penempatan dimana kalau bisa dari pihak pemerintah lebih memperhatikan tempat para penjual agar supaya tidak menghalangi bahu jalan yang terkadang menyebabkan kemacetan.

Dia berharap para penjual diberikan tempat yang baik supaya alur lalulintas lebih tertata dan sehingga pada saat jam-jam pulang kerja tidak terjadi kemacetan. "Ungkapnya.

Dalam berjualan para penjual di sekitar taman sampangan biasanya berjualan pukul 13.00 - 22.00 WIB.  Di pagi hari mereka tidak diperbolehkan oleh dinas polisi pamong praja (DiPol PP) untuk membuka stand mereka karena dengan alasan ketertiban lalu lintas  sehingga mereka memulai membuka pada siang hari.

Dari hal itu para penjual juga berharap pemerintah lebih memperhatikan agar supaya diberikan tempat yang layak untuk berjualan.

Dalam hal lain menurut Fuad penjual es dawet (25) masalah premanisme juga masih menghinggapi di sekitaran taman. Dari hal itulah diharapkan pemerintah mau turun tangan sehingga masyarakat yang ingin mengais rezeki merasa nyaman dan proses sosial pun dapat tertata dengan baik.    (Gunri)

Comments

POS TERATAS :